LITERACY APARTHEID

Ilustrasi gambar dari penulis 

Zaman semakin maju dari segala sisi baik politik, teknologi informasi, maupun pendidikan. Pendidikan dewasa ini mengalami reformasi metode pembelajaran yang cukup drastis, dalam hal ini internet menjadi subjek utama. Perubahan metode pembelajaran ini dipengaruhi banyak sekali faktor termasuk diantaranya pandemi, globalisasi, dan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Perubahan metode ini berdampak baik bagi aktor pendidikan, baik siswa maupun guru bahkan masyarakat awan sekalipun.

Perubahan metode pembelajaran via daring ini memudahkan para pencari ilmu untuk mengakses apa yang diinginkan dengan biaya yang relatif murah. Masyarakat kini lebih banyak menggali informasi melalui internet dibandingkan media cetak. Para siswa pun dapat mendapatkan ilmu dari buku yang kini sudah dapat diakses melalui internet. Dengan internet, mereka mampu mengambil banyak sekali ilmu yang apabila dibandingkan dengan media cetak memiliki harga yang sangat terjangkau. Namun, internet saat masih menjadi kendala bagi masyarakat lokal di daerah.

Bayangkan di dunia yang serba cepat ini, masih ada daerah dimana internet adalah barang mewah. Disini terjadi ketimpangan sosial dimana daerah yang belum mampu atau minim akses internet, mengalami ketertinggalan pendidikan. Disaat pelaku pendidikan kota menggunakan platform zoom sebagai media pembelajaran, di daerah masih sangat bergantung dengan pertemuan tatap muka. Disaat masyarakat kota membeli buku digital, sementara di daerah sangat terbebani dengan mahalnya buku cetak. Ditambah lagi buku cetak memerlukan rantai ekonomi yang panjang untuk sampai ke konsumen tingkat akhir. Hal itu menyebabkan ketertinggalan informasi pendidikan bagi masyarakat dengan akses internet yang minimal. Itulah yang disebut dengan literacy apartheid.

Apartheid adalah sebuah sistem pemisahan berdasarkan ras, agama dan kepercayaan, diskriminasi etnis dan pemisahan kelas sosial, dimana kelompok mayoritas mendominasi kelompok minoritas. Apartheid adalah kata yang populer digunakan dalam artian pemisahan ras kulit putih dan kulit hitam di Afrika di awal hingga akhir abad 20. Namun frasa literacy apartheid adalah suatu pemisahan literasi berdasarkan kelas sosial, ras, dan geografi masyarakat. Dimana masyarakat mayoritas tidak terlalu memeperdulikan sistem pendidikan maupun literasi masyakarat kelas bawah di daerah.

Maka dari itu, diperlukan adanya perbaikan infrastruktur di daerah yang tertinggal dalam berbagai hal, terutama pendidikan. Karena pendidikan adalah poros perubahan masyarakat lebih baik.

Yogyakarta, 07 Maret 2022


Penulis : Din Djarrin 

Mahasiswa Prodi Manjemen 

Post a Comment

0 Comments